Dua Pasang Hati
A
A
A
”Hahaha, nggak segitunya juga kali. Dasar lo gesrek!” Empat hari kemudian.... Its Monday, and lets go back to work! Walaupun hampir semua orang berprinsip I hate Monday, sepertinya hal itu nggak berlaku bagi cewek yang mengenakan baju berwarna biru langit dipadukan dengan jeans legging berwarna putih.
Rambut panjang kecokelatannya dibiarkannya terurai dengan indah, dengan bandana berwarna biru gelap menghiasi lingkar kepalanya. Sepasang high heels sepanjang tujuh cm menghiasi kaki mungilnya. Pagi ini, Lara akan pindah kerja di anak perusahaan home living and furniture yang bernama Magenta Architecture yang kini disibukkan dengan project terbarunya, yaitu merenovasi ruang praktik di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.
Lara dipindahkan bukan berarti ia tidak berhasil di Home Living and Furniture tersebut, melainkan lantaran Head Executive of Magenta Architecture yang dulunya menjabat sebagai Creative Manager di Home Living and Furniture itu terkesan dengan kerja bagus Lara, maka ia meminta Mbak Mirna, pemimpin di home living and furniture itu memindahkan Lara untuk bekerja sama dengannya.
Selain itu, meskipun akan sangat sibuk dengan pekerjaan barunya itu, Lara merasa lebih mudah. Pasalnya, dia hanya akan fokus pada satu tempat, nggak seperti yang duludulu, begitu banyaknya sampai dia pusing sendiri. Terlebih lagi, lokasi rumah sakitnya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya sekarang.
”Pagi, Neng Lara...” sapa Dodo sambil tersenyum, mengerlingkan matanya pada Lara. Gadis itu balas tersenyum sekedarnya sambil melirik geli ke arah mata Dodo yang belum berhenti memandanginya. Dodo atau yang bernama lengkap Donny Akbar Ibrahim, adalah salah satu creative staff dari Magenta Architecture.
Cowok yang berasal dari Salatiga ini dikenal sebagai sosok yang lugu dan kadang dijadikan bulan-bulanan rekan sekantornya. Penampilannya pun terbilang cukup unik. Selain berkacamata, tatanan rambut Dodo yang keriting mengembang persis gulali itu, membuat temantemannya terkadang dengan tega memanggilnya si Kribo alias Kriting Mambo.
Nah, Mambo ini adalah plesetan dari mambu yang dalam bahasa Jawa artinya bau, lantaran teman sekantor Dodo bilang, kalau dia sedikit berbau badan. Duh, kasihan emang nih si Dodo. ”Hai, Lara cantik. Seger banget sih kamu pagi ini... hati aku jadi deg-deg ser deh ngeliat kecantikan kamu pagi ini.” Satu lagi salah seorang staf Magenta Architecture bernama Panji menghujaninya dengan rayuan maut.
Lara terkikik geli, baru juga sehari di kantor ini, dia udah ketemu dengan orang-orang yang unik. Tambah semangat deh kerja di Magenta Architecture ini. Kalau tadi, Dodo-yang paling sering dijadikan bulan-bulanan temannya. Kali ini Lara berjumpa dengan cowok yang berpredikat playboy di Magenta Architecture itu. Panji, dikenal sebagai cowok paling tampan di Magenta ini.
Cowok berusia dua puluh tujuh tahun itu, memiliki postur tubuh tinggi, tegap dan atletis. Bahu dan dada milik cowok itu seolah mengundang kaum hawa untuk tidur nyenyak di pelukan Panji. Potongan rapi rambut cowok itu tersisir ke belakang, membuat dahi mulusnya terlihat begitu indah. Panji yang berdarah Sunda-Belanda dan Arab ini, begitu piawai membuat cewek-cewek meleleh seketika, dengan rayuan maut dan tatapan matanya yang dalam itu.
Tapi kayaknya, rayuan playboy itu nggak berpengaruh bagi seorang Lara. ”Thank you , Panji,” ujar Lara sambil terus menatap layar komputernya. Panji menarik bangku kosong dan mendekatkan tubuhnya pada Lara, ”Ntar lunch bareng yuk?” senyumnya kemudian. ”Maaf Nji, gue nggak bisa. Ntar mau ke survei lokasi buat project baru di rumah sakit.”
Senyum cowok itu hilang sesaat. Lara tersenyum nyengir. ”Gue bisa kok, anterin lo ke sana. Jadi sekalian makan siang bareng,” ujar cowok itu, tampak tidak menyerah. ”Nggak usah, Nji. Gue bisa sendiri kok.” ”Eh Panji, nggak usah kegenitan lo ya, pagi-pagi. Indah mau lo kemanain? Kebiasaan lo ya, ada karyawan baru dikit langsung dideketin,” seru Retno galak, perempuan berusia tiga puluh tahun itu adalah supervisor di Magenta Architecture. (bersambung)
VANIA M. BERNADETTE
Rambut panjang kecokelatannya dibiarkannya terurai dengan indah, dengan bandana berwarna biru gelap menghiasi lingkar kepalanya. Sepasang high heels sepanjang tujuh cm menghiasi kaki mungilnya. Pagi ini, Lara akan pindah kerja di anak perusahaan home living and furniture yang bernama Magenta Architecture yang kini disibukkan dengan project terbarunya, yaitu merenovasi ruang praktik di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.
Lara dipindahkan bukan berarti ia tidak berhasil di Home Living and Furniture tersebut, melainkan lantaran Head Executive of Magenta Architecture yang dulunya menjabat sebagai Creative Manager di Home Living and Furniture itu terkesan dengan kerja bagus Lara, maka ia meminta Mbak Mirna, pemimpin di home living and furniture itu memindahkan Lara untuk bekerja sama dengannya.
Selain itu, meskipun akan sangat sibuk dengan pekerjaan barunya itu, Lara merasa lebih mudah. Pasalnya, dia hanya akan fokus pada satu tempat, nggak seperti yang duludulu, begitu banyaknya sampai dia pusing sendiri. Terlebih lagi, lokasi rumah sakitnya tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya sekarang.
”Pagi, Neng Lara...” sapa Dodo sambil tersenyum, mengerlingkan matanya pada Lara. Gadis itu balas tersenyum sekedarnya sambil melirik geli ke arah mata Dodo yang belum berhenti memandanginya. Dodo atau yang bernama lengkap Donny Akbar Ibrahim, adalah salah satu creative staff dari Magenta Architecture.
Cowok yang berasal dari Salatiga ini dikenal sebagai sosok yang lugu dan kadang dijadikan bulan-bulanan rekan sekantornya. Penampilannya pun terbilang cukup unik. Selain berkacamata, tatanan rambut Dodo yang keriting mengembang persis gulali itu, membuat temantemannya terkadang dengan tega memanggilnya si Kribo alias Kriting Mambo.
Nah, Mambo ini adalah plesetan dari mambu yang dalam bahasa Jawa artinya bau, lantaran teman sekantor Dodo bilang, kalau dia sedikit berbau badan. Duh, kasihan emang nih si Dodo. ”Hai, Lara cantik. Seger banget sih kamu pagi ini... hati aku jadi deg-deg ser deh ngeliat kecantikan kamu pagi ini.” Satu lagi salah seorang staf Magenta Architecture bernama Panji menghujaninya dengan rayuan maut.
Lara terkikik geli, baru juga sehari di kantor ini, dia udah ketemu dengan orang-orang yang unik. Tambah semangat deh kerja di Magenta Architecture ini. Kalau tadi, Dodo-yang paling sering dijadikan bulan-bulanan temannya. Kali ini Lara berjumpa dengan cowok yang berpredikat playboy di Magenta Architecture itu. Panji, dikenal sebagai cowok paling tampan di Magenta ini.
Cowok berusia dua puluh tujuh tahun itu, memiliki postur tubuh tinggi, tegap dan atletis. Bahu dan dada milik cowok itu seolah mengundang kaum hawa untuk tidur nyenyak di pelukan Panji. Potongan rapi rambut cowok itu tersisir ke belakang, membuat dahi mulusnya terlihat begitu indah. Panji yang berdarah Sunda-Belanda dan Arab ini, begitu piawai membuat cewek-cewek meleleh seketika, dengan rayuan maut dan tatapan matanya yang dalam itu.
Tapi kayaknya, rayuan playboy itu nggak berpengaruh bagi seorang Lara. ”Thank you , Panji,” ujar Lara sambil terus menatap layar komputernya. Panji menarik bangku kosong dan mendekatkan tubuhnya pada Lara, ”Ntar lunch bareng yuk?” senyumnya kemudian. ”Maaf Nji, gue nggak bisa. Ntar mau ke survei lokasi buat project baru di rumah sakit.”
Senyum cowok itu hilang sesaat. Lara tersenyum nyengir. ”Gue bisa kok, anterin lo ke sana. Jadi sekalian makan siang bareng,” ujar cowok itu, tampak tidak menyerah. ”Nggak usah, Nji. Gue bisa sendiri kok.” ”Eh Panji, nggak usah kegenitan lo ya, pagi-pagi. Indah mau lo kemanain? Kebiasaan lo ya, ada karyawan baru dikit langsung dideketin,” seru Retno galak, perempuan berusia tiga puluh tahun itu adalah supervisor di Magenta Architecture. (bersambung)
VANIA M. BERNADETTE
(ftr)